Sabtu, 18 Februari 2012

Sehari Bersama Sarah

Seperti hari-hari sebelumnya suasana hati sangat sunyi, tidak ada ketegangan atau kesedihan yang membuat seseorang galau. Tidak ada temam, kawan ataupun pacar membuat gw seperti itu. Mulai kuliah gw ini sendiri tiada yang menemani ataupun mengngasihani, hanya beberapa teman yang dapat mengerti gw. Hanya beberapa.
“Hai” sapa seseorang dari belakang, yang ternyata dia adalah si Lilo teman baik gw sekaligus yang mengerti perasaan gw. “Lagi apa lo?” tanyanya pada gw. “Ngak kok cuman bengong aja” jawab gw refleks.
“Lu bohong ya.... itu ada Sarah lagi disitu.” tanya Lilo lagi dengan menebak asal-asalan pada gw. Namun mungkin yang dikatakannya benar. Gw hanya sebatas teman dengan Sarah dikelas sesama fakultas Ekonomi. Dia sering menghampiri gw untuk bertanya tentang pelajaran, dan gw cuman bisa menjawab. Dia memang sangat cantik, banyak cowok yang berusaha mendekatinya di fakultas gw itu. Yah bisa dibayangkankan kalau lebih banyak yang suka di satu Universitas.
“Tu kan bener, lo lagi mikirin diakan? “ katanya sambil memecah lamunan gw tentang Sarah tadi.
“Hahaha iya emang, trus kenapa?” jawab gw badmood karena sudah di jejali tentang Sarah. Oh iya Badmood juga salah satu sifat buruk gw.
"Yaudah tembak aja kali bro" tanyanya, yang untuk sekian kalinya dia ngomong ngasal. Gw tidak pernah berfikir sejauh itu. Pikiran gw cuman di penuhi dengan belajar dan hobby gw. Selain belajar gw juga punya banyak kegiatan, seperti ikut Himpunan di kuliah, gambar sketsa manga sebagai Icon toko baju yang dijual temen gw, dan masih banyak lagi. Tidak bisa gw sebut satu per satu.
Tiba-tiba Lilo menepuk bahu gw lagi. Yang lagi-lagi membuyarkan lamunan gw. "Itu dia kesini" katanya. Gw mendengar seakan dunia berputar seratus selapan puluh derajat. Sarah menuju kearah gw dan Lilo, kemeja putih dan celana panjang ketatnya seakan serasi dengan kacamata nya dan rambutnya yang diikat ekor kuda.
"Hai, lagi pada apa kalian?" tanya Sarah sambil memandangi kami. "Tidak apa-apa" jawab gw jutek. Lilo hanya diam saja memandah luasnya taman seakan dia akan mendapat jawaban dari sana.
"Yaudah kalau gitu, ini gw ada tiket nonton dua orang, lu mau nemenin gw gak Bred" katanya, setelah melihat kami heran.
Tadi nya gw ingin berkata tidak, sudah lama gw tidak jalan dengan perempuan. Secara tidak sengaja Lilo menginjak kaki gw. Dan matannya menatap gw tajam seakan kata-katanya tertahan di mulutnya. “Oke, gw biasa” kata gw dengan ragu-ragu.
“Oke, makasih “ kata sarah lalu meninggalkan kami berdua.
“Hebat juga lo!” kata Lilo memuji gw dengan senyuman yang menyebalkan. Perasaan gw campur aduk, antara bingung dan senang. Senang karena bisa jalan bareng sarah dan bingung.
.........
Saatnya tiba, malam dihari yang sama. Kami janjian di depan Cafe 21 di dekat Cinema yang akan kita tonton. Karena takut telat gw datang lebih cepat, kedatangan yang cepat ini di dukung juga dengan jalan yang lancar. Membuat gw datang 2 jam lebih awal dari jam 7 malam waktu kita janjian. Sehingga gw harus menunggu lama hingga tubuh gw jamuran.
Tepat pukul 7 sarah datang dari arah timur mall. Dia memakain baju putih dan lengan buntung dan celana pendeknya warna coklat yang menurut gw sangat serasi. Tas tenteng warna putih dan rambutnya yang hitam tergerai dibahu menambah kesrasian itu kedalam kecantikannya yang luar biasa.
“Hai, Udah nunggu ya??” kata Sarah
“Ngak kok baru dateng” kata gw bohong. Untuk mencegah ketidakenakannya.
“Oke, ayo keatas!”
Kami menuju lantai atas tempat bioskop itu berada. Rasa gugup berhembus kearah gw. Berjalan bersama wanita cantik adalah keinginnan gw, namun kenapa gw gugup? Keringat mengucur di dahi gw ketika sarah memandang gw dengan sangat aneh. Gw pun memberanikan diri untuk bertanya “Kenapa kok gitu ngeliatnya?” . Dia hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya kedepan, lalu menatap gw lagi “Ngak kok, lo lucu aja” katanya setengah tertawa.
Gw kaget mendengar hal itu lalu gw membalasnya “Lucu imut-imut apa amit-amit?”. Sarah tertawa geli dan memukul pundak gw sambil berkata “Ihh.. elu mah ya imut lah nih pipinya tembem..”. Tangannya mencubit pipi gw dengan keras namun lembut. Ajaib!!! Orang pendiam seperti gw ini bisa membuat lucu seorang cewek. Apa mungkin gw balik ke masa ke emasan gw waktu SMA?. Dimana aku seoarang Play boy yang sering memikat hati wanita satu sekolah. Gw sering mempermainkan hati wanita saat itu, pacaran lebih dari satu cewek, sampai selingkuhan yang tak terhitung. Namun itu dulu.. Sekarang gw hanya seorang loser yang sendiri. Gw melakukan ini untuk menjauh dari sikap gw di SMA itu, mungkin bisa dibilang juga ini adalah kualat
 Sesampainya di bioskop film kami langsung siap diputar. Pintu yang menuju kearah layar lebar sudah dibuka dengan dua orang wanita yang menjada pintu untuk mengecek tiket disetiap orang. Film kami adalah Insidious. yang gw tahu dari Thriler yang sering diputar di TV adalah film setan. Karena gw udah sering nonton film seperti itu jadi gw biasa aja. Tapi bagaiman dengan Sarah? Apa dia akan ketakutan?
“Mau beli popcorn?” katanya memecah lamunan gw.
“Boleh” kami langsung menuju ke conter makanan dan disana kami memesan sebuah popcorn medium untuk berdua dan 2 gelas berisi coca-cola. “Udah kita bayarnya patungan aja” katanya ketika gw menyerahkan uang gw pada pelayab itu dengan total uang yang berjumlah total harga semua yang kami pesan. “Ngak kok gpp lo kan udah bayarin nonton yang ini biar gw bayarin” diapun hanya tersenyum manis kearah gw dan sepertinya tidak keberatan dengan kelakuan gw ini. Selanjutnya kami masuk kedalam pintu masuk ke Cinema dan Film dimulai.
.....
"Lo takut?" Tanyanya. Setelah kami duduk, dan film telah di putar. Padahal film baru diputar prolognya, namun dia sudah berkata seperti itu. "Gak kok biasa aja" kata gw sok berani. Tapi memang gw gak takut sama film-film beginian, terakhir gw menonton film Pocong Kesurupan bersama teman-teman yang akhirnya menjadi parno dimalam hari.
Sepanjang film dimulai Sarah sering meringkuk ketakutan. Sampai-sampai dia memegang tangan gw keras-keras sehingga telapak tangan gw lecet-lecet. Memang menyakitkan namun gw ingin dia meremas tangan gw lebih lama. Klimaks terjadi saat film hampir selesai dimana banyak setan yang muncul di film Insidious ini. Dia memeluk gw dengan penuh ketakutan dan kehangatan yang mendalam di tubuh gw. Saat itu pula gw tidak tahu harus berbuat apa, jadi gw diamkan saja.
Film akhirnya selesai dan dia berkata untuk pertama kalinya setelah film selesai.
“Sory ya... jadi meluk-meluk elo Brad” katanya dengan muka yang memerah.
“Gak apa-apa” jawab gw dengan agak kagok.
“Yaudah yuk keluar” sarah menarik tangan gw untuk berdiri.
Setelah keluar tempat yang kami tuju pertama adalah toilet. Film yang berdurasi sekitar 100 menit ini membuat kantung kemih gw dan Sarah harus penuh dengan urine kami yang siap di buang. “Jadi kita sekarang kemana?” tanyanya dengan penuh harap setelah kami dari kamar mandi. “Bagaimana kalau kita makan?” jawab gw sekaligus bertanya lagi kepadanya. “Oke deh” jawabnya dengan sangat bersemangat. Kami lalu jalan menuju ke lantai bawah menuju Mall berada.
Gw dan Sarah memilih tempat makan Solaria sebagai tempat makan malam kami. Selain makananya yang enak, tempat ini juga lumayan murah. Cukup untuk kantong mahasiswa seperti gw. “Jadi, lo bukan orang pendiem yang gw kenal kan brad?” tanya nya cukup dalam setelah kami memesan beberapa makanan untuk malam itu. “Ya menurut lo?” gw tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana dia tahu tentang masa lalu gw? Seseorang pasti memberi tahunya. Tapi siapa?.
“Menurut gw elo tu orang yang pengan eksis tapi tertahan sesuatu yang pasti sesuatu itu urusan lo!” jawabnya enteng seakan dia tahu semua tentang gw. Gw semakin yakin dia pasti bertanya pada seseorang. “Iya begitulah tapi sekarang gw bukan apa-apa” lalu dia tidak menjawab pertanyaan gw dan disaat yang sama pelayan datang dengan membawa makanan dan minuman sesuai dengan pesanan kami. “Tapi tenang aja kok gw pasti bakal nemenin lo dari kesendirian ini dan yang ngasih tau tentang lo itu si Jane”
Dada gw tersentak. Rasanya seperti bumi yang ingin pecah di hari kiamat. Dari mana dia kenal Jane?-tidak dia pasti berbohong. Jane adalah mantan gw, banyak kenangan buruk gw dengannya terutama saat kami putus. Gw diputusin Jane karena dia melihat gw selingkuh dengan Melani saat gw masih sekolah SMA.
“Lo tau dari mana Jane?” tanya gw sambil memberhentikan proses mengunyah dan langsung menelan makanan yang ada di mulut ini,
“Dia itu temen gw, dia cerita banyak tentang lo. Tapi dia seneng kok kalau lu udah sadar ama kelakuan lo sendiri”. Sarah sudah mengetahui kalu gw ini orang yang yang setia-Setiap Tikungan Ada atau-Selingkuh tiada tara. “Yaudah sekarang lo dah taukan tentang gw”. Mulai saat gw putus dengan Jane gw membuat kesepakatan sama diri gw sendiri bahwa gw gak akan pernah menjadi eksis lagi yang membuat gw digilai oleh parah cewek. Menjadi anak yang pendiam sampai gw mendapat cewek yang mendekati gw terlebih dahulu. Tapi kurasa Sarah tau tentang janji gw ini.
Sarah hanya terdiam semata tidak terkejut dengan perilaku setia di gw. Kami tidak bercakap-cakap lagi sampai makanan kami habis dan siap untuk beranjak ketempat lain. “Oke gw punya sesuatu untuk lo” kata Sarah, yang lagi-lagi memulai percakapan terlebih dahulu ketika kami sedang hening. Dia mengeluarkan sebuah kartu yang sepertinya tebal bertuliskan TimeZone . “Ini maininan fovorite lo kan?” tanyanya dengan muka mupeng. Gw hanya tertawa geli melihat itu. Dari dulu setiap gw jalan dengan pacar atau gebetan pasti selalu bermain di tempat ini dan tidak pernah absen. Kami saling beradu skill di setiap permainan yang kami mainkan.
“Ini berisi kredit seratus ribu, untuk kita maen, tapi ada syaratnya lo harus traktir gw makan. Setuju?”
“Oke, gak masalah. Tapi yang pasti gw bakalan menang dari lo”
“Haha Liat aja nanti”
Wajah nya yang cantik plus agak killer memacu adrenalin gw untuk mengalahkannya tanpa ampun nanti. Sepertinya hidup gw kembali seperti dulu dengan kesenangan yang tak ada tandingannya bersama seorang dan gw berharap gw bisa memiliki sarah.
"Jadi mau main apa nih?" tanya gw sesampainya kita di Timezone. "Gw mau maen Maximum tune dulu" jawabnya manja. "Oke, itu si pasti gw menang hehe" gw menertawakan nya dengan sangat meremehkan. "Sialan, Liat aja nih" dia menarik tangan gw ke tempat permainan itu. Maximum tune adalah permainan balap mobil yang sangat membutuhkan skill yang sangat bagus. Game ini seperti layaknya mengemudikan mobil balap liar dijalan. Sepertinya dia memiliki skill yang lumayan, memilih mode manual untuk mobilnya membuktikannya. Kamipun mulai bermain...
“Ah parah kalah” kata Sarah dengan kecewa setelah mobil Mitsubitsi Skyline gw melesat garis akhir terlebih dulu.
“Tuh kan bener kalah” kata gw meledak
“Udahlah ayo cari game lain” mengajak gw keluar dari kursi mobil itu.
Selanjutnya dia mengarahkan gw menuju ke mesin Drum Mania 5. Yang tentunya game yang melatih skill drum. “Sekarang yang ini pasti gw menang” katanya ngotot yang mungkin sudah kesal dengan kekalahannya saat game mobil tadi.  Betapa kagetnya gw skillnya ternyata bagus sekali dengan tingkat kesuliatan tinggi.
Diakhir permainan dia memandang gw penuh sombong. Raut mukanya seperti berkata haha-score-gw-tinggi-lo-gak-mungkin-ngalahin-gw. “Oke giliran gw”  langsung gw mulai bermain dengan lagu yang sama dan tingkat kesulitan juga sama. Di tengah-tengah permainan dia semakin tidak tenang,  score lagu Jepang Glomeoulus Sky yang gw mainkan hampir mengalahkannya. Dia tiba-tiba berkata “Kayanya lo bakalan menang lagi”.
“Yoi dong “ kata gw tetap konsentrasi pada permainan. ”Eh maaf ya tadi gw cuman bercanda” kata Sarah yang sekarang jongkok melihat gw dengan kasian. “Iya gpp” lalu gw berdiri dengan dibantu Sarah.
“Yah kalah deh gw”gw meledeknya lagi.
“Ya gantian dong sekarang gw yang menang “ Sarah tertawa manis dan wajah cantiknya menyempurnakan. “Yuk cari yang lain” tambahnya lagi.
“Ayo”  jawab gw. Lalu kita melanjutkan permainan kita di Timezone hingga  2 jam kedepan...
....
“Hahahaha seru ya...” kata Sarah dengan ceria setelah kami keluar dari Timezone. Pukul menunjukan pukul 10.10 malam ketika keluar. Toko-toko dan kios sudah pada tutup. Hanya beberapa pengunjung yang tersisa mall ini. Akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri kunjungan kami, dan bersiap untuk pulang
“Jadi lo pulang naik apa?” tanya gw saat menginjak ekskalator menuju lantai bawah.
“Naik taksi.. lo?” balasnya. “Ya naik angkot paling” jawab gw. “Tapi kalo lo naik taksi ya sudah gw temenin kan sekalian tu jadi taksinya”. Tak tahu kenapa gw menjadi perhatian pada Sarah. Padahal kami hanya temen satu jurusan yang sering belajar bareng. Tapi, perasaan apa lagi ini? Tiba-tiba menjadi perhatian dengan seorang cewek sangatlah jarang terjadi. Apa mungkin? Gw jatuh cinta padanya dan sekarang bukan ingin lagi tapi menjadi harus memilikinya.
“Oh.. Yaudah” jawabnya.
Kami menyetop taksi didepan mall. Butuh waktu 30 menit perjalanan untuk menuju kerumahnya. Dan 5 menit dari rumah Sarah ke kosan gw. Didalam taksi tadinya kami saling duduk  berjauhan dia dekat jendela kiri dan gw di sebelah kanan. “Brad gw capek banget, boleh ya gw senderan di bahu lo?” katanya manja.
Kesempatan....
“Oke gpp”. Sarah duduk mendekat kearah gw dan menyenderkan bahunya. Rambutnya yang wangi tercium segar dihidung gw. Gw sudah lama tidak merasakan ini, sudah 2 tahun setelah lulus SMA gw terpuruk dalam kesendirian untuk menebus kesalahan gw. Namun apakah tebusan gw udah lunas untuk saat ini.
5 menit Sarah bersandar pada bahu gw dan tertidur. Dan gw mulai tidak tahan untuk membelai rambutnya yang indah dan lurus itu. Tapi, benar gw udah tidak bisa menahannya. Akhirnya gw beranikan diri untuk membelai rambutnya.
Saat telapak tangan gw menyentuh ubun-ubunnya sarah terbangaun dan gw tidak sempat berhenti untuk mengelusnya. Nyatanya gw membelai rambutnya darin ubun-ubun sampai akhir rambunya di bawah bahunya. Lalu dia melihat gw dengan penuh tandanya tanya. Dan mata gw dengan matanya melakukan eye contac dengannya dalam beberapa menit, lalu dia melepaskan pandangan terlebih dahulu. Gw pikir dia akan marah namun Sarah hanya terdiam dan memiringkan badannya kearah gw. Tangannya yang halus mengarah ke kanan pinggang gw. Sarah memeluk gw!!!
Pelukannya semakin di pererat seakan dia ingin di jadikan bantal. Gw semakin gila dengan perlakuannya, darah gw mengalir dengan cepat diiringi dengan jantung gw. Gwpun membalas dengan pelukan kearahnya juga sampai tiba dirumahnya.
“Hai sudah sampai” gw membangunkan Sarah. Dia hanya mengerang terbangun lalu duduk tegak. Kami keluar dari taksi yang sudah gw pesan taksi untuk menunggu. Kami berdiri didepan rumahnya. Kali ini gw memulai percakapan terlebih dulu “Jadi, Makasih ya sama tiket nontonnya”
“Ooo jadi ini ya cara maksihnya sama gw yang udah ngajak nonton ama  maen?” jawabnya dengan sedikit menantang, lalu tanpa diduga dia melingkarkan kedua tangannya ke leher gw dan tersenyum manis. Gwpun refleks memegang pinggang belakangnya. Belum gw sempat menjawab “Gw tu udah kasih tanda ke elo, tapi kok gak sadar juga ya bred. Dasar playboy kacangan” dia tersenyum dengan sangat lebar dan kami berdua tertawa. “Yaudah gw tu sebenernya ci-..”
Sssstss dia menutup kedua mulut ku dengan satu ibu jarinya yang melintang di bibir gw
“Jangan sekarang gw gak suka, pokoknya besok gw tunggu makasihnya” dia melipat jari kanannya menyerupai pistol dan mengarahkannya kepada gw “dan menarik” tutupnya. Sarah langsung melepas pelukannya dan berlari masuk kepintu depan dan dia berbalik “Malam ya baby, dahh..” dia melambaikan tangan kearah gw dan tersenyum senang. Gw ikut membalasnya tapi hanya lambaian tangan Sarah saja. Lalu dia menutup pintu. Gwpun kembali masuk ke taksi dan mulai berfikir Gimana ya cara nembak Sarah yang menarik? Dan kembali ke diri gw semula.

THE END

Tidak ada komentar:

Posting Komentar