Sabtu, 18 Februari 2012

Vino Yang Malang

Tiba-tiba.....
Kedubrak... "Maaf bu saya terlambat" kata Vino yang baru mendobrak pintu kelas layaknya sebuah kardus.
"Apaan-apaan kamu Vin" bentak guru gw yang sedang mengajar. "Kamu udah terlambat, gak sopan lagi" tambahnya. Semua terdiam, seharusnya dia tidak melakukan itu, Bu Lina guru paling galak di sekolah ini. Pertama gw masuk sekolah ini begitulah perasaan gw dengan ibu itu, namun ya teman-teman pun berkata demikian.
"Keluar kamu" bentak Bu Lina. "Bu saya-" seharusnya Vino tidak melawan. "Yaudah keluar sana" tambah Bu Lina lagi sebelum Vino menyelesaikan kalimatnya.
Bagi kalian yang berada di kelas gw tahun ini, vino yang diluarkan dari kelas sudah sarapan kami setiap pagi. X-A itulah kelas yang sering di sebut sebagai kelas terancur dari 5 kelas yang ada. Ini semua gara-gara Vino, begitulah mereka menuduhnya.
Mulai dari dikucilkan sampai dengan tidak di ajak masuk kelompok. Sangat menyedihkan memang, tapi mau gimana lagi dia nya juga seperti itu. Mulai dari fisiknya yang gak jelas sampai kelalukannya yang agak malesin.
....
"Oi..." tegurnya setelah pelajaran Bu Lina selesai dan dia masuk kelas. "Boleh gw duduk di sini" tambahnya lagi sambil melihat tempat duduk sebelah gw kosong.
"Iya udah" jawab gw polos.
"Makasih lalu dia duduk di samping gw.
2 menit kami diam. Lalu gw memecah kehenigan dengan sebuah pertanyan "Napa lu terlambat??"
Tapi sepertinya dia tidak menghiraukan pertannyaan dari gw. Setelah gw  mengurungi niat gw mendengar jawabannya diapun akhirnya menjawab "itu ada masalah di rumah"
Kami terdiam lagi, sampai peljaran berakhir tidak ada perkataan yang terucap dari mulut gw ataupun Vino.
Teet......
Bel berbunyi dan gw melihat di hendak keluar dari kelas. “Vin, tunggu” teriak gw. Dia hanya melihat gw dengan aneh. Lalu di menjawab “kenapa??”
“Gw ikut ke kantin dong?”  tanya gw.
“Yaudah” jawabnya agak bete
Lagi-lagi tidak ada suara diantara kita sampai menuju kantin. Sudah dua bulan sejak MOS berakhir Vino tidak pernah ngomong dengan teman-teman lain selain gw.  Itu juga karena gw yang nanya.
“Gak makan?” Vino bertanya. Gw pun tidak bisa langsung jawab di detik itu. Gw memerlukan waktu kira-kira 13 detik untuk menjawabnya. Itu kalimat pertamanya mengajak gw ngobrol.
“ Gak kok, gw masih kenyang “ jawab gw. Dia lalu measukan sebuah baso kemulutnya.
“Tumben lo ngomong Vin, selama ini kan sukanya diem aja” tanya gw penasaran. Sebenarnya gw takut bertanya tentang ini. Mungkin pertanyain ini membuat dia terhina dan semakin depresi seperti biasanya.
“Soalnya elo orang pertama yang udah mau jadi temen gw” katanya terharu. Gw bisa melihat penuh haru dimatanya. Dia membutuhkan teman. Tapi semuanya tidak menyadari itu.
“Oke kata gw. Gpp” kata gw. Lalu gw menjadi ingin mengetahui dia lebih lanjut tentang kehidupannya. Mengapa ia sering di jauhi di sekolah?
“Tapi ada satu syarat untuk jadi temen gw, boleh gw maen kerumah elo hari ini?”
Dia terkejut mendengarnya. Seakan dia baru saja memenangkan hadiah undian sebesar 5 juta rupiah.
“I..iya udah” jawabnya dengan berat hati. Seperti yang sudah gw duga di menyimpan rahasiannya dirumah.
“Oke deh, nanti bearati kita pulang bareng “ gw langsung meninggalkannya makan. Dia terlihat seperti kebingungan menghadapi kenyataan ini. Tapi maaf  Vino gw harus tahu siapa elo sebenarnya.
.....
Seperti biasanya, kami pulang bersama tanpa percakapan sedikitpun. Hanya suara sepeda motor dan beberapa kendaraan kecil yang melintas Jalan Dipononegoro 400 meter daei sekolah gw.
Ada apa ini? Vino sudah menunjukan perubahannya 4 jam yang lalu. Apakah dia akan kembali lagi? Dia tidak berkata apa-apa sejak kami meninggalkan sekolah.
Beberapa saat dia diam. Disini gw lihat ada sebuah rumah-yah-boleh di bilang sederhana, namun sangat kacau di bagian depannya. Pintu patah terbuka, jendela yang pecah di sebelah kanan dan engsel yang patah di jendela sebelah kiri. Begitu juga dengan taman rusak membuat mata buta dan cat rumah yg sudah kusam.
Menyedihkan...
"Ini rumah gw" katanya dengan pasrah.
"Ooo... Lumayan" jawab gw dengan berbohong. Sejujurnya itu jelek sekali buat sebuah rumah.
"Brak" dia menendang pintu depan. Pintu itu lalu terjeplak kebelakang. Namun dia tidak merasa bersalah merusak pintu itu. Gw pikir memang begitu cara bukanya.
Lalu kami berjalan masuk kedalam, hanya beberapa detik gw sadar bahwa ada yang tidak beres didalam ruangan tersebut.  Kusir bergeletak terbalik, lukisan dinding berwajah Hitler yang sobek sebelah dan meja makan berdebu menjadi pemandangan kami saat masuk kedalam.
“Sori ya berantakan” katanya seakan membaca pikiran gw. Gw tidak menjawab pertanyaannya kala itu. Kami berbelok menuju suatu ruangan yang kira-kira hanya sebesar 2x3 meter yang didalamnya boleh dibilang tidak layak untuk di tempati.
“Ini kamar gw” katanya dengan pasrah lagi dan juga dengan nada yang sama. “Yah lumayan lah” jawab gw. Dia kemudian melemparkan tas sekolahnya ke pojok kamarnya. “Jadi lu kesini mau apa gak ada apa-apanya kan rumah gw” katanya namun belum sempat gw menjawab “Gw tinggal sendiri disini” tambahnya, dan sekarang dia merebahkkan tubuhnya ke tempat tidur kotor itu.
“Jadi ini yang menyebabkan lo ansos di sekolah?” gw duduk di kasur itu. Lama menunggunya untuk menjawab pertanyaan itu. Ekspresi mukanya juga agak berbeda dari yang sebelumnya.
“Tidak juga, tapi...” jawabnya yang gw kira sangat kebingungan. “Gw hanya tidak suka ada yang tahu tentang diri gw ini, setiap harinya gw bekerja yang gak bener” jelas Vino yang sepertinya membeberkan rahasianya. Gak bener? Apa maksudnyanya itu. Bekerja di waktu SMA sangatlah biasa di sekolah gw, maklum sekeloh gw adalah sekolah negri yang lumayan-ya boleh dibilang hancur. Tapi apa maksud Vino tentang pekerjaannya.
“Emang apa pekerjaan elo??” tanya gw dengan nada agak bingung.
“Judi Fan” jawabnya. Tersentak gw kaget mendengar ucapnya. Apa yang dia pikirkan? Judi adalah pekerjaan haram dan yang pasti pekerjaan seperti ini harus memiliki banyak duit. Namun bagaimana dengan Vino? Jangankan duit untuk judi untuk bayaran sekolah saja dia masih nunggak beberapa bulan.
“Jadi lo mempertaruhkan semuanya untuk uang itu?” gw berdiri kaget tidak tahan melihat kelakuannya selama ini. “Yah begitulah” jawabnya enteng.
“Gw merahasiakan ini kesumuanya agar tidak ada yang tahu, lalu gw pura-pura bego di kelas di setiap mata pelajaran dan melakukan kejelekan agar mereka menganggap gw hanya sebagai murid buangan. Tapi inilah yang terjadi...” jelasnya kemudian dia berdiri dan menatap keluar jendela. Semuanya sekarang sudah jelas, vino dalam masalah besar.
“Gila lu ya? Lo kan bisa minta bantuan gw” kata gw keras. Namun anehnya dia tidak marah. Dia semakin khusuk melihat langit cerah diluar jendela kamarnya seperti menunggu bintang jatuh.
“Semua sudah terlambat gw sudah terljur menjudikan tanah ini dan semua barangnya. Gw menggunakan nomor undian untuk judi ini” mukanya seakan tidak memiliki dosa dalam perkataannya tersebut.
“Oke, gw udah ngak tahan atas semua kegilaan elo” kata ge emosi.
“Sekarang bagaimana hasilnya? Apakah lo menang atau kalah” tanya gw menggertak.
“Sebentar lagi pengantar hasilnya akan datang”
“Sore ini juga” katanya seakan penuh keyakinan untuk menang. Tapi itu tipis sekali perbandingannya satu banding.
Tin....Tin.....
Sebuah klakson sepeda motor terdengar. Suaranya seakan membuat nyawa gw terambil, teman gw akan kehilangan semuanya jika ia kalah. Tapi anehnya Vino terlihat tenang-tenang saja. "Sepertinya itu...” jawabnya enteng. Kemudian dia keluar dari kamarnya gw. Vino menyuruh gw untuk tinggal dikamar. Rasa gelisah menyelimuti hati gw.
Brak...... prang....
Suara itu terdengar keras di luar kamar Vino. Refleks gw langsung berlari menuju membuka cepat pintu itu, dan? Hanya sebuah pecahan kaca dan meja terbalik tanpa ada sebuah pelaku yang melakukannya. Gw menengok ke arah pintu depan, pintunya terbuka lebar hanya angin yang berhembus masuk.
“Vino....” kataku muram.
Gw memcoba ke arah belakang rumah. Disana hanya ada satu ruangan dan gw mencoba masuk kedalamnya. Tapi sebelum gw masuk kedalam ada sesuatu bergeletak di lantai. Sebuah surat. Gw mengambil dan membaca isinya.
“hah....tidak mungkin” gw tercengang setelah membaca itu. Dia kalah dalam taruhannya. Barang-barangnya dan rumah tempat tinggal Vino akan diambil besok. Gw langsung memikirkan perasaan Vino setelah membaca surat ini. Apa dia akan...- ah jangan apa yang gw pikirkan dia tidak mungkin bunuh diri. Gw langsung membuka kamar tersebut pelan-pelan. Sekarang gw hanya bisa mendengar suara detak jantung gw dan gesekan pintu ini.
“Tidak mungkin...” gw langsung menutup muka gw dari penglihatan di tengah kamar ini. Vino bergantung pada sebuah tali tambang kuat denga leher diikat. Tidak gw sangka, nama gw Ifan kelas x-a sebagai teman pertama vino harus melihat akhir hayatnya di hari yang sama

Sehari Bersama Sarah

Seperti hari-hari sebelumnya suasana hati sangat sunyi, tidak ada ketegangan atau kesedihan yang membuat seseorang galau. Tidak ada temam, kawan ataupun pacar membuat gw seperti itu. Mulai kuliah gw ini sendiri tiada yang menemani ataupun mengngasihani, hanya beberapa teman yang dapat mengerti gw. Hanya beberapa.
“Hai” sapa seseorang dari belakang, yang ternyata dia adalah si Lilo teman baik gw sekaligus yang mengerti perasaan gw. “Lagi apa lo?” tanyanya pada gw. “Ngak kok cuman bengong aja” jawab gw refleks.
“Lu bohong ya.... itu ada Sarah lagi disitu.” tanya Lilo lagi dengan menebak asal-asalan pada gw. Namun mungkin yang dikatakannya benar. Gw hanya sebatas teman dengan Sarah dikelas sesama fakultas Ekonomi. Dia sering menghampiri gw untuk bertanya tentang pelajaran, dan gw cuman bisa menjawab. Dia memang sangat cantik, banyak cowok yang berusaha mendekatinya di fakultas gw itu. Yah bisa dibayangkankan kalau lebih banyak yang suka di satu Universitas.
“Tu kan bener, lo lagi mikirin diakan? “ katanya sambil memecah lamunan gw tentang Sarah tadi.
“Hahaha iya emang, trus kenapa?” jawab gw badmood karena sudah di jejali tentang Sarah. Oh iya Badmood juga salah satu sifat buruk gw.
"Yaudah tembak aja kali bro" tanyanya, yang untuk sekian kalinya dia ngomong ngasal. Gw tidak pernah berfikir sejauh itu. Pikiran gw cuman di penuhi dengan belajar dan hobby gw. Selain belajar gw juga punya banyak kegiatan, seperti ikut Himpunan di kuliah, gambar sketsa manga sebagai Icon toko baju yang dijual temen gw, dan masih banyak lagi. Tidak bisa gw sebut satu per satu.
Tiba-tiba Lilo menepuk bahu gw lagi. Yang lagi-lagi membuyarkan lamunan gw. "Itu dia kesini" katanya. Gw mendengar seakan dunia berputar seratus selapan puluh derajat. Sarah menuju kearah gw dan Lilo, kemeja putih dan celana panjang ketatnya seakan serasi dengan kacamata nya dan rambutnya yang diikat ekor kuda.
"Hai, lagi pada apa kalian?" tanya Sarah sambil memandangi kami. "Tidak apa-apa" jawab gw jutek. Lilo hanya diam saja memandah luasnya taman seakan dia akan mendapat jawaban dari sana.
"Yaudah kalau gitu, ini gw ada tiket nonton dua orang, lu mau nemenin gw gak Bred" katanya, setelah melihat kami heran.
Tadi nya gw ingin berkata tidak, sudah lama gw tidak jalan dengan perempuan. Secara tidak sengaja Lilo menginjak kaki gw. Dan matannya menatap gw tajam seakan kata-katanya tertahan di mulutnya. “Oke, gw biasa” kata gw dengan ragu-ragu.
“Oke, makasih “ kata sarah lalu meninggalkan kami berdua.
“Hebat juga lo!” kata Lilo memuji gw dengan senyuman yang menyebalkan. Perasaan gw campur aduk, antara bingung dan senang. Senang karena bisa jalan bareng sarah dan bingung.
.........
Saatnya tiba, malam dihari yang sama. Kami janjian di depan Cafe 21 di dekat Cinema yang akan kita tonton. Karena takut telat gw datang lebih cepat, kedatangan yang cepat ini di dukung juga dengan jalan yang lancar. Membuat gw datang 2 jam lebih awal dari jam 7 malam waktu kita janjian. Sehingga gw harus menunggu lama hingga tubuh gw jamuran.
Tepat pukul 7 sarah datang dari arah timur mall. Dia memakain baju putih dan lengan buntung dan celana pendeknya warna coklat yang menurut gw sangat serasi. Tas tenteng warna putih dan rambutnya yang hitam tergerai dibahu menambah kesrasian itu kedalam kecantikannya yang luar biasa.
“Hai, Udah nunggu ya??” kata Sarah
“Ngak kok baru dateng” kata gw bohong. Untuk mencegah ketidakenakannya.
“Oke, ayo keatas!”
Kami menuju lantai atas tempat bioskop itu berada. Rasa gugup berhembus kearah gw. Berjalan bersama wanita cantik adalah keinginnan gw, namun kenapa gw gugup? Keringat mengucur di dahi gw ketika sarah memandang gw dengan sangat aneh. Gw pun memberanikan diri untuk bertanya “Kenapa kok gitu ngeliatnya?” . Dia hanya tersenyum dan memalingkan wajahnya kedepan, lalu menatap gw lagi “Ngak kok, lo lucu aja” katanya setengah tertawa.
Gw kaget mendengar hal itu lalu gw membalasnya “Lucu imut-imut apa amit-amit?”. Sarah tertawa geli dan memukul pundak gw sambil berkata “Ihh.. elu mah ya imut lah nih pipinya tembem..”. Tangannya mencubit pipi gw dengan keras namun lembut. Ajaib!!! Orang pendiam seperti gw ini bisa membuat lucu seorang cewek. Apa mungkin gw balik ke masa ke emasan gw waktu SMA?. Dimana aku seoarang Play boy yang sering memikat hati wanita satu sekolah. Gw sering mempermainkan hati wanita saat itu, pacaran lebih dari satu cewek, sampai selingkuhan yang tak terhitung. Namun itu dulu.. Sekarang gw hanya seorang loser yang sendiri. Gw melakukan ini untuk menjauh dari sikap gw di SMA itu, mungkin bisa dibilang juga ini adalah kualat
 Sesampainya di bioskop film kami langsung siap diputar. Pintu yang menuju kearah layar lebar sudah dibuka dengan dua orang wanita yang menjada pintu untuk mengecek tiket disetiap orang. Film kami adalah Insidious. yang gw tahu dari Thriler yang sering diputar di TV adalah film setan. Karena gw udah sering nonton film seperti itu jadi gw biasa aja. Tapi bagaiman dengan Sarah? Apa dia akan ketakutan?
“Mau beli popcorn?” katanya memecah lamunan gw.
“Boleh” kami langsung menuju ke conter makanan dan disana kami memesan sebuah popcorn medium untuk berdua dan 2 gelas berisi coca-cola. “Udah kita bayarnya patungan aja” katanya ketika gw menyerahkan uang gw pada pelayab itu dengan total uang yang berjumlah total harga semua yang kami pesan. “Ngak kok gpp lo kan udah bayarin nonton yang ini biar gw bayarin” diapun hanya tersenyum manis kearah gw dan sepertinya tidak keberatan dengan kelakuan gw ini. Selanjutnya kami masuk kedalam pintu masuk ke Cinema dan Film dimulai.
.....
"Lo takut?" Tanyanya. Setelah kami duduk, dan film telah di putar. Padahal film baru diputar prolognya, namun dia sudah berkata seperti itu. "Gak kok biasa aja" kata gw sok berani. Tapi memang gw gak takut sama film-film beginian, terakhir gw menonton film Pocong Kesurupan bersama teman-teman yang akhirnya menjadi parno dimalam hari.
Sepanjang film dimulai Sarah sering meringkuk ketakutan. Sampai-sampai dia memegang tangan gw keras-keras sehingga telapak tangan gw lecet-lecet. Memang menyakitkan namun gw ingin dia meremas tangan gw lebih lama. Klimaks terjadi saat film hampir selesai dimana banyak setan yang muncul di film Insidious ini. Dia memeluk gw dengan penuh ketakutan dan kehangatan yang mendalam di tubuh gw. Saat itu pula gw tidak tahu harus berbuat apa, jadi gw diamkan saja.
Film akhirnya selesai dan dia berkata untuk pertama kalinya setelah film selesai.
“Sory ya... jadi meluk-meluk elo Brad” katanya dengan muka yang memerah.
“Gak apa-apa” jawab gw dengan agak kagok.
“Yaudah yuk keluar” sarah menarik tangan gw untuk berdiri.
Setelah keluar tempat yang kami tuju pertama adalah toilet. Film yang berdurasi sekitar 100 menit ini membuat kantung kemih gw dan Sarah harus penuh dengan urine kami yang siap di buang. “Jadi kita sekarang kemana?” tanyanya dengan penuh harap setelah kami dari kamar mandi. “Bagaimana kalau kita makan?” jawab gw sekaligus bertanya lagi kepadanya. “Oke deh” jawabnya dengan sangat bersemangat. Kami lalu jalan menuju ke lantai bawah menuju Mall berada.
Gw dan Sarah memilih tempat makan Solaria sebagai tempat makan malam kami. Selain makananya yang enak, tempat ini juga lumayan murah. Cukup untuk kantong mahasiswa seperti gw. “Jadi, lo bukan orang pendiem yang gw kenal kan brad?” tanya nya cukup dalam setelah kami memesan beberapa makanan untuk malam itu. “Ya menurut lo?” gw tidak tahu harus menjawab apa. Bagaimana dia tahu tentang masa lalu gw? Seseorang pasti memberi tahunya. Tapi siapa?.
“Menurut gw elo tu orang yang pengan eksis tapi tertahan sesuatu yang pasti sesuatu itu urusan lo!” jawabnya enteng seakan dia tahu semua tentang gw. Gw semakin yakin dia pasti bertanya pada seseorang. “Iya begitulah tapi sekarang gw bukan apa-apa” lalu dia tidak menjawab pertanyaan gw dan disaat yang sama pelayan datang dengan membawa makanan dan minuman sesuai dengan pesanan kami. “Tapi tenang aja kok gw pasti bakal nemenin lo dari kesendirian ini dan yang ngasih tau tentang lo itu si Jane”
Dada gw tersentak. Rasanya seperti bumi yang ingin pecah di hari kiamat. Dari mana dia kenal Jane?-tidak dia pasti berbohong. Jane adalah mantan gw, banyak kenangan buruk gw dengannya terutama saat kami putus. Gw diputusin Jane karena dia melihat gw selingkuh dengan Melani saat gw masih sekolah SMA.
“Lo tau dari mana Jane?” tanya gw sambil memberhentikan proses mengunyah dan langsung menelan makanan yang ada di mulut ini,
“Dia itu temen gw, dia cerita banyak tentang lo. Tapi dia seneng kok kalau lu udah sadar ama kelakuan lo sendiri”. Sarah sudah mengetahui kalu gw ini orang yang yang setia-Setiap Tikungan Ada atau-Selingkuh tiada tara. “Yaudah sekarang lo dah taukan tentang gw”. Mulai saat gw putus dengan Jane gw membuat kesepakatan sama diri gw sendiri bahwa gw gak akan pernah menjadi eksis lagi yang membuat gw digilai oleh parah cewek. Menjadi anak yang pendiam sampai gw mendapat cewek yang mendekati gw terlebih dahulu. Tapi kurasa Sarah tau tentang janji gw ini.
Sarah hanya terdiam semata tidak terkejut dengan perilaku setia di gw. Kami tidak bercakap-cakap lagi sampai makanan kami habis dan siap untuk beranjak ketempat lain. “Oke gw punya sesuatu untuk lo” kata Sarah, yang lagi-lagi memulai percakapan terlebih dahulu ketika kami sedang hening. Dia mengeluarkan sebuah kartu yang sepertinya tebal bertuliskan TimeZone . “Ini maininan fovorite lo kan?” tanyanya dengan muka mupeng. Gw hanya tertawa geli melihat itu. Dari dulu setiap gw jalan dengan pacar atau gebetan pasti selalu bermain di tempat ini dan tidak pernah absen. Kami saling beradu skill di setiap permainan yang kami mainkan.
“Ini berisi kredit seratus ribu, untuk kita maen, tapi ada syaratnya lo harus traktir gw makan. Setuju?”
“Oke, gak masalah. Tapi yang pasti gw bakalan menang dari lo”
“Haha Liat aja nanti”
Wajah nya yang cantik plus agak killer memacu adrenalin gw untuk mengalahkannya tanpa ampun nanti. Sepertinya hidup gw kembali seperti dulu dengan kesenangan yang tak ada tandingannya bersama seorang dan gw berharap gw bisa memiliki sarah.
"Jadi mau main apa nih?" tanya gw sesampainya kita di Timezone. "Gw mau maen Maximum tune dulu" jawabnya manja. "Oke, itu si pasti gw menang hehe" gw menertawakan nya dengan sangat meremehkan. "Sialan, Liat aja nih" dia menarik tangan gw ke tempat permainan itu. Maximum tune adalah permainan balap mobil yang sangat membutuhkan skill yang sangat bagus. Game ini seperti layaknya mengemudikan mobil balap liar dijalan. Sepertinya dia memiliki skill yang lumayan, memilih mode manual untuk mobilnya membuktikannya. Kamipun mulai bermain...
“Ah parah kalah” kata Sarah dengan kecewa setelah mobil Mitsubitsi Skyline gw melesat garis akhir terlebih dulu.
“Tuh kan bener kalah” kata gw meledak
“Udahlah ayo cari game lain” mengajak gw keluar dari kursi mobil itu.
Selanjutnya dia mengarahkan gw menuju ke mesin Drum Mania 5. Yang tentunya game yang melatih skill drum. “Sekarang yang ini pasti gw menang” katanya ngotot yang mungkin sudah kesal dengan kekalahannya saat game mobil tadi.  Betapa kagetnya gw skillnya ternyata bagus sekali dengan tingkat kesuliatan tinggi.
Diakhir permainan dia memandang gw penuh sombong. Raut mukanya seperti berkata haha-score-gw-tinggi-lo-gak-mungkin-ngalahin-gw. “Oke giliran gw”  langsung gw mulai bermain dengan lagu yang sama dan tingkat kesulitan juga sama. Di tengah-tengah permainan dia semakin tidak tenang,  score lagu Jepang Glomeoulus Sky yang gw mainkan hampir mengalahkannya. Dia tiba-tiba berkata “Kayanya lo bakalan menang lagi”.
“Yoi dong “ kata gw tetap konsentrasi pada permainan. ”Eh maaf ya tadi gw cuman bercanda” kata Sarah yang sekarang jongkok melihat gw dengan kasian. “Iya gpp” lalu gw berdiri dengan dibantu Sarah.
“Yah kalah deh gw”gw meledeknya lagi.
“Ya gantian dong sekarang gw yang menang “ Sarah tertawa manis dan wajah cantiknya menyempurnakan. “Yuk cari yang lain” tambahnya lagi.
“Ayo”  jawab gw. Lalu kita melanjutkan permainan kita di Timezone hingga  2 jam kedepan...
....
“Hahahaha seru ya...” kata Sarah dengan ceria setelah kami keluar dari Timezone. Pukul menunjukan pukul 10.10 malam ketika keluar. Toko-toko dan kios sudah pada tutup. Hanya beberapa pengunjung yang tersisa mall ini. Akhirnya kami sepakat untuk mengakhiri kunjungan kami, dan bersiap untuk pulang
“Jadi lo pulang naik apa?” tanya gw saat menginjak ekskalator menuju lantai bawah.
“Naik taksi.. lo?” balasnya. “Ya naik angkot paling” jawab gw. “Tapi kalo lo naik taksi ya sudah gw temenin kan sekalian tu jadi taksinya”. Tak tahu kenapa gw menjadi perhatian pada Sarah. Padahal kami hanya temen satu jurusan yang sering belajar bareng. Tapi, perasaan apa lagi ini? Tiba-tiba menjadi perhatian dengan seorang cewek sangatlah jarang terjadi. Apa mungkin? Gw jatuh cinta padanya dan sekarang bukan ingin lagi tapi menjadi harus memilikinya.
“Oh.. Yaudah” jawabnya.
Kami menyetop taksi didepan mall. Butuh waktu 30 menit perjalanan untuk menuju kerumahnya. Dan 5 menit dari rumah Sarah ke kosan gw. Didalam taksi tadinya kami saling duduk  berjauhan dia dekat jendela kiri dan gw di sebelah kanan. “Brad gw capek banget, boleh ya gw senderan di bahu lo?” katanya manja.
Kesempatan....
“Oke gpp”. Sarah duduk mendekat kearah gw dan menyenderkan bahunya. Rambutnya yang wangi tercium segar dihidung gw. Gw sudah lama tidak merasakan ini, sudah 2 tahun setelah lulus SMA gw terpuruk dalam kesendirian untuk menebus kesalahan gw. Namun apakah tebusan gw udah lunas untuk saat ini.
5 menit Sarah bersandar pada bahu gw dan tertidur. Dan gw mulai tidak tahan untuk membelai rambutnya yang indah dan lurus itu. Tapi, benar gw udah tidak bisa menahannya. Akhirnya gw beranikan diri untuk membelai rambutnya.
Saat telapak tangan gw menyentuh ubun-ubunnya sarah terbangaun dan gw tidak sempat berhenti untuk mengelusnya. Nyatanya gw membelai rambutnya darin ubun-ubun sampai akhir rambunya di bawah bahunya. Lalu dia melihat gw dengan penuh tandanya tanya. Dan mata gw dengan matanya melakukan eye contac dengannya dalam beberapa menit, lalu dia melepaskan pandangan terlebih dahulu. Gw pikir dia akan marah namun Sarah hanya terdiam dan memiringkan badannya kearah gw. Tangannya yang halus mengarah ke kanan pinggang gw. Sarah memeluk gw!!!
Pelukannya semakin di pererat seakan dia ingin di jadikan bantal. Gw semakin gila dengan perlakuannya, darah gw mengalir dengan cepat diiringi dengan jantung gw. Gwpun membalas dengan pelukan kearahnya juga sampai tiba dirumahnya.
“Hai sudah sampai” gw membangunkan Sarah. Dia hanya mengerang terbangun lalu duduk tegak. Kami keluar dari taksi yang sudah gw pesan taksi untuk menunggu. Kami berdiri didepan rumahnya. Kali ini gw memulai percakapan terlebih dulu “Jadi, Makasih ya sama tiket nontonnya”
“Ooo jadi ini ya cara maksihnya sama gw yang udah ngajak nonton ama  maen?” jawabnya dengan sedikit menantang, lalu tanpa diduga dia melingkarkan kedua tangannya ke leher gw dan tersenyum manis. Gwpun refleks memegang pinggang belakangnya. Belum gw sempat menjawab “Gw tu udah kasih tanda ke elo, tapi kok gak sadar juga ya bred. Dasar playboy kacangan” dia tersenyum dengan sangat lebar dan kami berdua tertawa. “Yaudah gw tu sebenernya ci-..”
Sssstss dia menutup kedua mulut ku dengan satu ibu jarinya yang melintang di bibir gw
“Jangan sekarang gw gak suka, pokoknya besok gw tunggu makasihnya” dia melipat jari kanannya menyerupai pistol dan mengarahkannya kepada gw “dan menarik” tutupnya. Sarah langsung melepas pelukannya dan berlari masuk kepintu depan dan dia berbalik “Malam ya baby, dahh..” dia melambaikan tangan kearah gw dan tersenyum senang. Gw ikut membalasnya tapi hanya lambaian tangan Sarah saja. Lalu dia menutup pintu. Gwpun kembali masuk ke taksi dan mulai berfikir Gimana ya cara nembak Sarah yang menarik? Dan kembali ke diri gw semula.

THE END

Nasib Seorang Jomblo

"Hallo sayang dah lama nunggu disini" seorang cowo menepuk bahu cewek di depen gw. "Ngak kok beb, ayo jalan" kata cewek di depan gw itu. Mereka pun pergi bersama dengan bergandengan tangan. Disisi lain tempat duduk taman itu gw hanya bisa melihat mereka pergi dengan senang. Namun ditempat duduk ini juga gw hanya bisa duduk termenung  dan mengerjakan tugas-tugas dari dosen. Sudah setahun di setiap sorenya gw duduk di bawah pohon rindang ini.
5 menit kemudian...
"Duduk disitu yuk Beb sambil santai" kata seorang cowok lewat depan gw. "Oke ayo yank" jawab cewek di sampinya. Yang mungkin ataupun sudah pasti pacarnya. Mereka lalu bercakap tepat di kursi kanan yang menghadap ke rumput luas. Karena tugas gw dah selesai, gw iseng mendengar obrolannya. Kepala si cewek bersandar pada cowok itu. Aduh kapan gw bisa kaya gitu??....
Gw mendengar banyak cerita lucu dari mereka. Bahkan gw tertawa terlalu keras mendengarnya, sampai-sampai mereka mengngok ke arah gw. Laptop di pangkuan gw ini akhirnya menjadi sasaran gw untuk mengngalihkan perhatian mereka. Ya... Seakan gw buka Video Lucu dari Youtube dan tertawa terbahak-bahak.
10 menit berlalu.....
Gw masih males balik ke kosan gw yang sumpek itu. Nyokap gw hanya bisa menempatkan gw di kosan yang seperti rumah susun sempit yang baunya gak nahan. Bayarannya pun hanya 50000 per bulan. Bisa dibayangin dong tempatnya??
"Tumben gak ada yang datang lagi" kata gw pelan. Seharusnya banyak kecengan yang datang sore ini. Atau mungkin mereka ketempat lain. Entahlah.
15 menit berlalu.....
Brem....,  Brem..... Sebuah mobil parkir di tempat parkir taman. Gw merasa agak senang jika ada pasangan yang datang, yang kenyataannya terlihat sangat aneh. 3 cowok keluar dari mobil disusul dengan 3 cewek cantik yang berpakaian-Waooo... Gw yakin pasti setiap cowok yang lewat tidak akan melepas pandangan dari cewek-cewk itu. Hot pants pendek dan tank top ketat sangat menggugah selera laki-laki. Mereka pun di gandeng dengan cowok-cowok itu. Yang kali ini gw langsung yakin mereka pacarnya.
Mereka berbelok ke arah gw. Perasaan gw sangat kacau walaupun gw tidak tahu maksud gw juga saat itu. Tak lama mereka berjalan di depan gw. Dan gw sekalin lagi hanya bisa melihatnya. Pasangan pertama yang berjalan didepan memandangi gw aneh. Mungkin karena gw juga memandang mereka seperti pangeran William dan kate dengan tampang bloon. Apaan si ni cowok liatin aja iri kali Suara itu seakan keluar dari mulut mereka. Ya walaupun hanya perasaan gw doang.
Sedangkan kedua pasangan di belakangnya hanya asik mengobrol tanpa memperdulikan gw. Mereka menuju ke sebuah lapangan rumput yang luas. Lalu- gwtidak bisa menjelaskannya. Adegan mesrah mereka lakukan. Dah gw pun menyelesaikan pemandangan saya pada mereka. Dan melihat kembali laptop gw.
Yah.. Mungkin sekian untuk hari ini. Gw sangat merasa iri pada mereka yang mempunyai-teman?atau pacar?. Inilah cara gw mengatasinya. Melihat-lihat gerakan mereka, mendengar obrolannya. Hanya orang bodoh yang melakukan itu.
Sebelum gw menutup laptop gw. Sekilas gw teringat sebuah kalimat "Kalo gak mau berusaha bagaimana bisa dapat pacar" itulah yang di katakan Irwan setiap hari . Setelah berfikir agak lama memang benar juga yang di katakan teman baik gw itu. Tapi, Jangan kan nembak cewek, kenalan aja masih malu.
Yasudahlah... Tanpa berfikir panjang gw langsung berdiri untuk keluar dari taman tersebut. Namun..
Gubrakkk
"Aduhhh" seorang cewek menjerit. "Eh Maaf" gw menjawab refleks.  Kemudian kami memuggut barang-barangnya yang jatuh karena gw senggol.
"Elo gppkan??" Tanya gw. Memecah keheningan
"Iya gpp cuman buku doang yang jatuh" dia menjawabnya dan memandang gw. Gw pun melihatnya. Sekilas dia hanya cewek kuliahan biasa yang sering gw lihat. Dia memiliki rambut hitam pekat sebahu dan mata yang melngkung dengan indahnya, mukannya pun lucu seperti baby face.
"Abis dari mana??" gw membranikan diri membuka percakapan. "Itu dari ujung taman" dia berdiri dengan buku di lengannya.
"Sendiri??" gw ikut berdiri setelahnya. "Iya hehe gw mau balik ke kampus, mau ikut??" katannya. Namun kali ini mukannya memerah.
"Yaudah" gw ikut malu melihat muka seperti buah apel itu. Apa mungkin??-Dia akan menjadi pacar gw?. Jawabannya hanya ada di gw sendiri berusaha atau tetap sendiri seperti-...
"Hai, nama gw Renny, gw dari fakultas Ekonomi" katannya sambil memecah lamunan gw. "Iya hai..." Jawab gw kaget.
"Nama lo sapa??"Tanyanya
"Nama gw Bani dari fakultas kedokteran"

Gastritis

Gastritis. Itulah penyakitku sekarang, penyakit yang menghinggapiku sejak aku masuk SMA. Untuk anak SMA yang jurusan IPA mungkintahu apa grstiritis itu, yaitu penyakit mag. Tapi gastritis yang mnghinggapiku lebih dari itu, lepih parah, lebih menyakitkan, dan tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa. Yap, gastritisku ini adalah sebuah singkatan “Galau Setiap Hari Tiada Habis”. Gastritis membuatku sangat tidak ingin hidup, yah boleh dibilang mati segan hidup tak mau.
Aku memang anak yang tidak bisa bergaul dengan siapapun, mungkin ini adalah penyakit keturunan dari orang tuaku sekaligus penyebab dari gastritis ini. Orang tuaku juga tidak mempunyai sapa-sapa, hanya pekerjaan sebagai pegawai kantor saja yang menjadi teman sehari-harinya. Tapi aku lebih baik dari mereka, aku punya satu teman bernama Gunawan. Awan adalah panggilannya. Ia setia menemaniku dari kegalauan ini, namun tak jarang Ia meninggalkanku untuk menjumpai temannya yang lebih baik dari aku.
 “Hai” terdengar orang memanggilku, rasanya seperti kesamber geledek ada orang yang iseng mengucapkan “hai” dikelas. Jarang sekali aku mendapatkan moment ini. Ia anak baru, pindahan dari kota sebelah. Seharusnya aku mendengarkan perempuan cantik ini memperkenalkan dirinya didepan, tapi aku lebih asik untuk menulis sebuah novel yang sudah matang aku pikirkan.
“Nama kamu siapa?” tanyanya setelah duduk disampingku, karena aku duduk sendiri. “Aaa.. Fikri” kataku sangat tebata-bata, mungkin ini hasilnya kalau aku jarang ngomong dengan orang. Lalu kami bersalaman dan mulai berbincang. Ini pertama kalinya aku mengobrol lama dengan seseorang, sekitar 3 menit. Namanya Fitri, Ia mempunyai rambut panjang sebahu dengan poni dibelah tengah, muka yang mulus tidak ada jerawat dan banyak lagi fisik yang indah dan tidak dapat disebutkan.
Rasanya aku sedang jatuh cinta melihat Fitri berada disampingku, tapi jatuh cinta dapat memperparah gastritisku. Aku tidak bisa menjadikan seorang perempuan menjadi pacarku, aku tidak punya keberanian untuk mengajak kencan, apalagi menembaknya untuk jadian. Disaat itulah gastritisku akan semakin menguasai tubuhku.
Ternyata benar, Fitri yang baru beberapa jam disekolah sudah menjadi bahan omongan para cowok sekolah, sudah lima kali aku melihat langsung seorang cowok berkenalan dengannya. Perasaan cemburu menghinggapiku disaat itu juga. Tapi mau gimana aku tidak berani untuk ngobrol dengan Fitri, hanya Ia yang selalu mengajak duluan.
....
“Kamu ngapain?” tanyaku polos ketika aku masuk kelas melihat Fitri membuka tulisan novelku. “Eh maaf ya” Ia kaget lalu menutup buku itu. Belum aku menerima permintaan maafnya, Fitri membuatku kagum “Cerita novel kamu bagus, kaya kisah cinta di Twilight”. “Ah ngak kok biasa aja” jawabku merendahkan diri. “Tapi aku suka, sama gaya tulisan kamu, aku juga sering nulis kok” kata Fitri sambil menatapku tajam. Aku hanya tertawa kecil dan menjawab pertanyaannya sebisa aku.
Mungkin kalau Pak Helmi tidak masuk kelas, aku akan menikmati indahnya mengobrol dengan seorang cewek cantik.
“Kamu keren Fik” kata Awan, ketika aku meminta tolong pilihkan baju yang cocok dikamarnya. Hanya Ia yang punya baju-baju keren untuk aku pinjam. Yap benar, aku diundang Fitri kerumahnya. Aku pun harus terlihat keren. Ia meminta aku untuk membawa semua tulisanku, aku pun juga harus membaca tulisan yang dibuat Fitri. “Yoi, thanks bro” jawabku pada Fikri. “Semangat ya, dijamin kalau kamu berhasil ngobrol dengan dia, gastritis kamu akan hilang” teriak Fikri ketika aku akan berangkat. Aku hanya mengacungkan jempolku padanya.
Perasaanku campur aduk, antara senang dan gerogi. Ini pertama kalinya aku ke rumah seorang cewek. Sekarang pintu rumahnya ada didepan mukaku, belum sempat aku menekan bel rumah itu, Fitri sudah menghampiriku dan membukakan pintu. “Hallooo Fik” sapanya, aku hanya diam dan sedikit menunduk. Anehnya, Fitri hanya diam memerhatikanku dari ujung rambut ke ujung kaki. “Kenapa?” tanyaku heran. “Ngak kok, aku suka gaya kamu” Ia tertawa genit padaku lalu menyuruhku untuk masuk.
Fitri hanya memeakai tank top dan hot pants. Ini membuatku semakin berfikir yang ngak-ngak melihatnya. Tapi semua pikiran kotor itu hilang ketika aku dan Fitri sudah mengobrol tentang tulisan kita masing-masing. Dua jam tidak terasa, kami mengobrol sambil bermain dan bercanda. Ternyata benar apa yang dikatakan Fikri, gastritisku hilang seketika. Aku pun diundang kembali kerumahnya dan ingin hubungan ini semakin dekat. Ya Tuhan.... mudah-mudahan Fitri bisa jadi pacar pertamaku. Aminnn.  

Ciuman Pertamaku yang Berbahaya

Brak... seseorang memecahkan sebuah gelas. Dan itu merupakan pekerjaan tambahan untukku. Lalu aku mengambil sebuah kain pel untuk membersihkan air yang tumpah dan membiarkan tanganku bersentuhan dengan beling yang dapat membuat tanganku berdarah itu. “Makasih mas” kata seorang cewek yang aku pikir dia yang memecahkan gelas. “Iya sama-sama” kataku pelan. Ia pun melanjutkan obrolannya dengan teman-temannya.
Mungkin itu pengalaman yang perlu dicatat untuk hari ini. Aku pulang lalu belajar untuk ulangan ku besok. Boleh dibilang aku adalah orang yang paling sibuk dari semua teman-temanku. Setelah orang tuaku meninggal, aku hidup sendiri dan mencari uang untuk kuliah. Untungnya kuliah ku ini per-SKSnya tidak lah malah jadi sisa hasil uang kerjaku bisa aku tabung.
Keesokan harinya.....
                “Eh lu bisa mo ulangannya” kata Rendi, teman satu fakultasku. “Ya begitulah di, susah-susah gampang” jawabku dengan enteng. Tiba-tiba Hafiz menghampir ku dengan tergesa-gesa. “Kenapa lu coi, dikejar anjing” ujar aku. Lalu Ia menggelengkan kepalanya, “Ngak ini loh Mo, teman gue ada yang minta dibikinin rumah pakai AutoCad gitu. Lo bisa gak?”
“Ya gue si bisa aja, emang itu siapa?” tanyaku dengan penuh penasaran. Ia langsung mempertemukan orang itu kepada ku. Aku pun setengah mati melihat cewek yang sekarang sedang dihampiri aku dan Hafiz. Itu cewek yang memecahkan gelas di restoran Yuks Makan tempatku bekerja. “Hai, ketemu lagi” kataku setelah Hafiz memperkenalkan nama cewek itu. Namanya Dini, Ia berada di fakultas Ekonomi yang mempunyai rambut panjang sebahu dan muka yang sangat cantik. Tidak heran mukaku agak merah ketika  Dini menatapku langsung ke mata kecilku.
“Eh iya, lo kerja sambilan ya disitu” tanyanya. Suaranya membuatku tidak biasa mengeluarkan satu katapun, jadi aku mengangguk saja. Selanjutnya kami mengobrol tentang design rumah yang ingin Dini buat. Setelah Ia menjelaskan secara detail, terjawablah semua pertanyaan ku. Dini membuat design ini untuk membangun rumah dari tanah yang diberikan ayahnya, yang pasti bukan untuk tugas kuliahnya.
“Jadi kapan aku datang kerumah lo?” tanyaku. Ia memintaku untuk mengajari membuat design itu. “Ya terserah lo aja, kapan bisanya” jawabnya. Perdebatan enteng masalah waktu pun selesai, aku memang orangyang mempunyai banyak pekerjaan. Jadi aku menetapkan pukul 11 malam sampai 12 untuk mengajarinya membuat disign. Dini pun setuju denganku.
....
“Gila lo ya, kerumah cewek malem-malem” teriak Rendi di tempat kos. “Ya gue bisanya jam seginian” jawabku sambil melepaskan pakaian kerja sambilanku, lalu bersiap menuju rumah Dini. “Oo.. emang ngak dimarahin sama orang tuanya?” tanyanya lagi. Aku memasukan Laptop dan buku panduan aplikasi AutoCad kedalam tasku “Dia ngak tinggal sama orang tua, cuaman ada pembatunya doang”. “Tapi kayanya boleh itu, bermalam disitu” Rendi tersenyum nakal. “Dasar,  jorok pikiran lo” kataku sambil melemparkan sebuah kaos kaki ke mukannya dan keluar dari tempat kosan.
Rumah Dini tidak jauh dari tempat kosan ku hanya berjarak sekitar 1 km. Saat didepan rumah, belum sempat aku menekan bel, Dini sudah membukakan pintu untuk ku. Rumahnya besar dan aku melihat ada kolam berenang disamping kanan rumah itu. “Capek ya jalan kaki?” tanyanya dengan penuh perhatian. “Ngak kok udah biasa gue” jawabku. Ia hanya tersenyum manis dan project kita pun dimulai. Dini sangat mudah memahami semua yang aku ajarkan. Buku panduan yang aku pinjamkan juga dibacanya dengan teliti.
Satu jam tidak berasa, Ini sudah waktunya aku pulang. “Besok datang lagi ya Bimo” katanya saat mengantarkan aku  keluar pintu gerbang rumahnya. Matanya menatapku dengan tajam seakan tidak ingin melepaskanku. “Oke deh Din, sampai ketemu besok” jawabku lalu meninggalkannya.
Tujuh hari berlalu dengan malam dirumah Dini. Kelakuannya kepadaku juga semakin berbeda, kita semakin akrab dan sering bercanda ketika bertemu. Aku merasa aku jatuh cinta dengannya, dan Ia merasakan hal yang sama denganku. Ini merupakan malam kedelapan aku dirumahnya. Kini Ia mengajakku untuk belajar dikamarnya, dan tepatnya ditempat tidur Dini. Kami mengerjakan project ini sambil tengkurap bersebelah dengan Laptop berada didepan.
Untungnya malam ini adalah malam terakhir bagiku mengunjungi rumah Dini. Tepat pukul 12 tengah malam, design rumahnya selesai, hasilnya sangat memuaskan. “Makasih ya Mo, udah sabar ngebantuin sekaligus ngajarin gue” kata Dini. Kami belum berpindah posisi, masih dalam posisi tengkurap dan berhadapan. “Ia sam-sama” jawabku, diluar dugaan Dini memegang tanganku, aku pun tersentak kaget. “Lo mau gak nemenin gue malam ini? Pembantu gue pulang kemaren” katanya dengan memelas. Pantas saja tadi aku tidak melihat siapapun dirumahnya. Aku terdiam tidak tahu harus berkata apa.
Tetapi mata kami saling betatapan lurus, lalu kepala kami pun otomatis berdekatan. Tak lama kemudian bibir kami sudah saling menempel dan bertautan. Ini ciuman pertamaku. Aku tidak tahu harus bekata ciuman ini adalah keindahan saat 5 detik pertama atau musibah ketika sekarang aku sudah ada diatas badan dini. Aku tidak dapat menahannya lagi, Libidoku dan Dini sudah tinggi, aku tidak bisa menceritakan perasaanku sekarang
....
Sebuah sinar matahari pagi memancar terang dan mata ku terbuka sekejab. Hal pertama yang aku rasakan adalah penyesalanku dengan Dini yang berada dipelukanku. Kami juga tidak memakai sehelai benang pakaian, badan kami hanya tertutup selimut. Aku pun terbangun dan duduk sambil berkata “Ya Tuhan, apa yang aku lakukan?” yang jelas-jelas aku melakukan sesuatu secara sadar tadi malam. Yaitu meniduri Dini. Dini yang tadinya masih tidur pun terbangun, lalu Ia memeluku dengan satu tangannya, dan tangan yang lain tetap memegang selimut untuk menutupi tubuhnya.
“Kamu meniduri ku semalam” katanya polos. “Apa kamu sudah ngak perawan lagi?” tanyaku, yang menurutku itu pertanyaan terpenting. “Tidak, kamu ngak masukin kok” jawabnya pelan. Aku pun lega mendengar hal itu, lalu Kami lalu saling berpandangan lagi. “Jadi gimana kalau kita pacaran aja? Aku udah tahu kok rasanya tubuh kamu” tanyaku secara nakal dan aku pun tidak menyangka kalau aku bisa senakal itu. Dini hanya tertawa, lalu memukulku dengan tinjuan sayangnya. “Boleh kok aku terima, tapi janji ya kita ngak akan melakukan yang seperti ini selama pacaran?” Dini menyodorkan jari kelingkingnya.
“Oke aku setuju” lalu jari kelingking kami saling bersalaman erat. Aku pun berpakaian dan bersama dengan Dini menuju ke kampus dengan status In Releatioship dengan Dini. 

Bicara dong, sayang!!!

“What!!!” teriakku dengan keras sekaligus mengancam dengan aksen berbahasa Inggris ku yang jelek. Dia mengatakan kalimat itu lagi, tapi tidak tahu alasannya. Aku pun berusaha beredam amarahku dan berusaha mengendalikan seluruh emosi yang ada di dalam jiwaku. “Jadi, kenapa kamu bisa mengatakan kalimat itu kepada ku, bebb?” masih terdengar agak tertekan.
                Rara hanya diam seperti patung, pertanyaannya tadi pada ku seakan berbalik kearahnya. “Maaf ya, aku tadi emosi “ mukanya memerah dan wajahnya memelas seperti meminta sesuatu. Aku pun tidak tega untuk memarahinya lagi. “Yaudah gpp, aku itu cinta kok sama kamu, jadi tidak mungkin kalau aku selingkuh sama cewek lain” kataku meyakinkan sekaligus menjawab pertanyaan bodoh darinya. Rara pun tersenyum manis, lalu memelukku dengan kedua tangannya. Aku hanya dapat membalas pelukannya dan menghantarkan salah satu tanganku ke rambutnya yang lurus itu.
...
                “Kayaknya tadi lu berantem sama Rara?” tanya Johan yang sepertinya melihat aku dan Rara adu mulut di halaman belakang tadi. “Ngak kok, cuman salah pengertian aja” aku berusaha tidak membesar-besarkan hal ini. “Ooo.. bagus lah” aku hanya diam dan ikut nonton Tv acara K-Pop dengan Johan dan  beberapa cowak lainnya. Ini adalah markas kami, tempat aku dan Rara serta 6 pasangan dan 6 single  lainnya bersenang-senang ketika libur semester tiba. Aku dan Rara adalah peserta terakhir dari semuanya sekaligus yang termuda.
                Setelah menonton, aku menuju ke dapur tempat para cewek biasanya berada. Mereka biasanya menyiapkan makanan lezat untuk para cowok dan Rara pasti membuatkanku Brownise coklat. “Hai Neo” seseorang memanggilku dari belakang, aku pun langsung berbalik dan disana ada June berdiri. Sebelum melihat kearah matanya, aku akan melihat dari ujung kaki sampai kepala. Dia mengenakan rok mini dan tank top ketat seperti biasanya. June merupakan cewek ter-sexy di sini, tapi anehnya dia masih jomblo. “Iya kenapa?” jawab aku yang masih bertahan untuk menatap matanya.
                “Ajari aku main basket lagi.. Yang lay-up kemaren aku sudah bisa” aku bingung menjawabnya, aku ingin bertemu dengan Rara sekarang, namun June ingin latihan basket. Dia memilih aku untuk melatihnya karena aku yang paling jago dalam permainan itu. “Plisss” katanya lagi. Sekarang mukannya sangat memelas dan imut seperti ingin dicubit. Mungkin Rara sedang seru-seruan bersama temannya, jadi aku menerima ajakan June “Oke deh”
Tidak terasa aku mengajarinya hingga magrib tiba, total 2 jam aku bersamanya. Aku melatihnya Passing, Shoting dan beberapa cara menjaga bola dari lawan agar tidak direbut. Tidak jarang tubuh kami bersentuhan ketika aku berduel one-by-one-dengannya. Sesampainya di markas aku melihat beberapa hidangan yang sudah disiapkan oleh beberapa cewek. Aku melihat Rara sedang menyiapkan sendok dari darpur menuju meja makan.
“Hai Bebb... “ sambil melingkarkan tanganku ke tubuhnya. “Haii, mandi dulu gih, bau kamu” jawabnya dengan datar. Aku pun kaget dengan cara menjawab seperti itu tapi setelah mencium bau ketek ku, memang aku bau banget.
...
“Neo, Rara kemana kok dari tadi ngak ada” kata Uni. Aku langsung heran “Tadi bukanya sama kalian, sebelum aku mandi aja ada kok” kataku mengingat kejadian tadi. “Anehh, kemana itu anak” Uni langsung pergi mencarinya, begitu juga dengan aku. Dikamarnya hingga ke loteng aku mencarinya, tapi tidak ketemu. Aku pun akhirnya bohong pada Uni kalau dia sedang pergi keluar. Aku tidak ingin masalah ini di besar-besarkan.  Mengingat sebentar lagi makan malam aku harus cepat menemukannya.
Tanpa berfikir panjang, aku keluar dari markas dan menuju ke kolam renang. Aku melihat Rara sedang duduk di kursi panjang di pinggir kolam. Sepertinya Dia sedang sedih atau pun menangis. Aku mendekatinya dari belakang. “Haii...” sapaku dengan suara lirih. “Hai.. “sambil menghapus air matanya. “Kamu kenapa si?” tanyaku lalu duduk disampingnya. Tiba-tiba Rara mengatakan kalimat itu lagi “Kamu selingkuh ya?” tidak pakai lama aku langsung naik darah.
“Kamu itu apa-apaan si Bebb, aku itu gak selingkuh, kamu dapet berita darimana aku selingkuh!!” jawab ku dengan keras dan sambil berdiri didepannya. Dia hanya terdiam seakan ingin mengatakan sesuatu tapi tidak berani.
“Bicara dong bebb” aku memegang bahunya. Air matanya kini makin membanjiri pipinya.
“Kamu selingkuh sama June ya?” sambil terbata-bata. Aku kaget mendengarnya dan aku mulai tertawa kecil. Jadi ini masalahnya toh....
Lalu aku menghapus air mata yang membasahi pipi Rara. “Dengarin aku ya Rara sayang, aku tuh sama June cuman latihan basket doang, ngak ada apa-apa kok” . “Bener...” balasnya. “Iya sayang makanya kamu itu bicara, jadi aku tahu apa yang kamu rasakan. Kalo kamu cemburu, ngelihat aku sama June, aku bisa kok ngurangin waktu latihannya kok. Yang penting kamu bicara” Dia hanya mengangguk dengan sepenuh hati. “Ih kamu tuh pendiem banget si” tambahku lagi. Lalu dia memelukku dengan erat dan kami berciuman.
“Aku janji aku akan berubah”Katanya dengan penuh keyakinan.
“Oke,  yuk kita balik, udah waktunya makan malam nih” kataku mencairkan suasana.
Kami pun berjalan kembali menuju markas dengan damai dan untungnya hanya masalah kecil yang dapat kami selesaikan dengan baik.

The end

Kamis, 08 September 2011

Susahnya Pengen Punya cewe



Dorrr.....
"Ah ngagetin aja lo" kata gw sedikit marah
"Ya elo nya yang kaya orang kesambet gitu liat apa sih?" kata Ilham lalu duduk di sebelah gw yang sedang makan baso
"Gak kok gpp" lalu gw memandang sesuatu yang seharusnya tidak gw lakukan disebelahnya

"Haha ketauan deh" katanya sambil tertawa jahil
"Gw kenal kok dia, dia temen cewek gw Fitri" tambah Ilham
"Hah yang bener lo, tapi ngak lah gak berani gw" kata gw setengah ragu
"Gpp lah bro gw bantuin"
"Ya udah bener tapi yang bener?" Gw memastikan
"Oke tenang aja"

Teng........
(Bel memisahkan gw dan Ilham untuk masuk kelas)

Gw menemukan seorang cewek cantik di kantin tadi. Gw yakin dia siswa baru kelas 10 yang baru di MOS kemaren..
Tapi masa iya gw yang bernama Redi kelas 12 IPA, suka sama anak kelas 10 ?
Tapi bodolah yang penting gw ingin bisa mendapatkan pacar sebelum lulus

Keesokan harinya saat istirahat
"Ini bener namanya??" Kata gw pada Ilham
"Iya, namanya Jeni kelas 10-3" balas Ilham
"Oooo... Trus kenalannya?"
"Ya gini nanti gw suruh cewek gw ngajak dia buat jalan trus gw ngajak lo. Pulang sekolah kita ketemu di mall" jelas nya
"Trus kenalnya?" tanya gw
"Ya nanti gw tinggalin lo berdua disana, ya trus elo kemana kek gitu, nanti gw jemput lagi"
"Oke deh gw coba"

Teng.......
(Lagi2 bel memisahkan kita)

………..

Teng......
(Bel pulang sekolah)
Saatnya tiba.....

"Mana nih lama bener" kata gw
"Ya bentar, lagi jalan kali" jawab Ilham
Kami sudah menunggu 30 menit di depan  toko buku Gramedia di Mall kecil yang ada di kota gw.

15 menit kemudian
"Hai..... Lama ya nunggu" kata Fitri pacar Ilham
"Ngak kok bebb" kata Ilham
"Hai Red, pa kabar?, jarang ketemu ni di sekolah" tanya Fitri
"Baik kok gw" kata gw sedikit bingung
"Oh ya ni kenalin temen gw, namanya Jeni"
"Hai gw Ilham, cewek nya Fitri" diapun berjabat tangan
"Hai gw Redi" kami juga bersalaman namun gw melihat memerah di wajahnya

"Oke, gw sama Fitri mau ada yang mau di beli" kata ilham
"Gw tinggal lo sama Jeni ya" Tambahnya agak cengengesan
"Yaudah oke deh" kata gw sambil agak malu bertemu cewe kesukaan gw

Tak lama kemudian mereka meninggalkan kami
Gw pun mencoba memulai obrolan dengannya

"Hai, mau kemana nih sambil nunggu mereka?"
"Ya terserah saya si ikut kakak aja" katanya agak kaku

Gw pun coba berfikir untuk mengajaknya senang

"Gimana kalo kita ke... Eeee... TimeZone" kata gw dengan malu
"Oke, ayo saya juga suka kok kesitu" katanya santai
"Oh sama dong ayo....." Jawab gw dengan agak senang

Kami memulai dengan permainan balap mobil, tidak gw sangka dia sangat jago sekali memainkannya. Lalu permainan basket, dengan skor tipis gw menang dengannya. Dan di lanjutkan dengan yang lain. Tidak jarang kami tertawa cengngengesan saat bermain. Hingga pulsa kartu kami habis

........

"Eh kemana aja nungguin nih?" Kata Ilham di depan gramedia
"Sori tadi maen timezone dulu ni ama Jeni" jawab gw
"Iya ni maaf kak" tambah Jeni agak malu
"Yaudah yuk cari makan" kata Fitri yang tadi melihat kami agak curiga

Dalam perjalanan, Fitri dan Ilham jalan duluan. Sedangakan  gw dan jeni sibuk mengobrolkan permainan tadi di belakang mereka. Terkadang mereka menengok ke belakang dan tersenyum ke arah kami

Saat makan Fitri bertanya "Tadi ngapain aja Jen sama kak Redi di  time zone"
Lalu jeni memaparkannya dengan jelas sambil menceritakan hal lucunya
"Wah kaya nya jadi ni Red" kata Ilham lalu memasukan sebuah telur ke mulut
"Jadi apa ham?? Power ranger??" Canda gw
Kami pun tertawa

Sebulan berlalu setelah pertemuan gw dan Jeni. Kami sering BBMan dan mengajak jalan bareng

"Eh red tembak dong jeni" katanya santai saat kami sedang makan bareng saat istirahat
Uhukk.... Gw tersedak  "gila logak berani gw" kata gw menahan batuk
"Ya coba lah udah sebulan ini kan??, dia kayanya juga suka ama lo"
"Tapiii...... Gw gak berani.... takut" kata gw agk gemeter
"Yaudah coba dulu"

...........

Keesokan hari saat pulang sekolah Ilham sudah mengatur rencananya sama Fitri, tapi entah apalah yang penting gw gak grogi saat nembak Jeni
Lalu gw di antar menuju ke belakang sekolah dengan Ilham

Betapa kagetnya gw disana sudah ada Fitri dan Jeni yang sedang menunngu
"Ada apa si ni kak" kata Jeni agak takut
"Gak papa kok tenang aja ini kak Redi ingin menyampaikan sesuatu" kata fitri menjelaskan
"Emang apa kak" kata Jeni
"Itu anu.... Eeeee" kata gw sambil mengngingat teks yang di kasih Ilham di jalan
"Sebenernya gw suka ama lo, ya.... Gitu deh"

"Hah.... Kok bisa kak?? Kan saya kelas 10? Katanya Jeni heran
"Ya bisa aja.. Gw bener 2 cinta...." Gw menjawab agak bingung
Dia pun terdiam seakan tidak puas dengan jawaban itu
"Yaudah... Sebenernya saya juga sama kakak, orangnya ganteng, pinter, ya pokoknya nyaman kalo di samping kakak" katanya panjang lebar

Kami berdua saling terdiem. Lalu gw memberanikan diri memegang tangannya. Kami saling memandang dalam beberapa menit. 

Tiba2 sesuatu yang mengejutkan terjadi. Jeni langsung menarik pipi gw dan mencium gw tepat di mulut gw....

Gw.hanya terdiam menikmati bibirnya dan kemudian dia melepasnya kami lalu saling bepelukan

"Akhirnya Red dapet cewek juga lo" kata ilham yang sedang menggandeng Fitri
"Iya nih thanks ya...." Kata gw sekarng sedang menngandeng tangan Jeni

Lalu kami pulang bersama menceritakan hal2 yang seru, namun sekarang gw sudah ditemani kekasih baru gw, Jeni.