Sabtu, 18 Februari 2012

Gastritis

Gastritis. Itulah penyakitku sekarang, penyakit yang menghinggapiku sejak aku masuk SMA. Untuk anak SMA yang jurusan IPA mungkintahu apa grstiritis itu, yaitu penyakit mag. Tapi gastritis yang mnghinggapiku lebih dari itu, lepih parah, lebih menyakitkan, dan tidak dapat disembuhkan dengan obat biasa. Yap, gastritisku ini adalah sebuah singkatan “Galau Setiap Hari Tiada Habis”. Gastritis membuatku sangat tidak ingin hidup, yah boleh dibilang mati segan hidup tak mau.
Aku memang anak yang tidak bisa bergaul dengan siapapun, mungkin ini adalah penyakit keturunan dari orang tuaku sekaligus penyebab dari gastritis ini. Orang tuaku juga tidak mempunyai sapa-sapa, hanya pekerjaan sebagai pegawai kantor saja yang menjadi teman sehari-harinya. Tapi aku lebih baik dari mereka, aku punya satu teman bernama Gunawan. Awan adalah panggilannya. Ia setia menemaniku dari kegalauan ini, namun tak jarang Ia meninggalkanku untuk menjumpai temannya yang lebih baik dari aku.
 “Hai” terdengar orang memanggilku, rasanya seperti kesamber geledek ada orang yang iseng mengucapkan “hai” dikelas. Jarang sekali aku mendapatkan moment ini. Ia anak baru, pindahan dari kota sebelah. Seharusnya aku mendengarkan perempuan cantik ini memperkenalkan dirinya didepan, tapi aku lebih asik untuk menulis sebuah novel yang sudah matang aku pikirkan.
“Nama kamu siapa?” tanyanya setelah duduk disampingku, karena aku duduk sendiri. “Aaa.. Fikri” kataku sangat tebata-bata, mungkin ini hasilnya kalau aku jarang ngomong dengan orang. Lalu kami bersalaman dan mulai berbincang. Ini pertama kalinya aku mengobrol lama dengan seseorang, sekitar 3 menit. Namanya Fitri, Ia mempunyai rambut panjang sebahu dengan poni dibelah tengah, muka yang mulus tidak ada jerawat dan banyak lagi fisik yang indah dan tidak dapat disebutkan.
Rasanya aku sedang jatuh cinta melihat Fitri berada disampingku, tapi jatuh cinta dapat memperparah gastritisku. Aku tidak bisa menjadikan seorang perempuan menjadi pacarku, aku tidak punya keberanian untuk mengajak kencan, apalagi menembaknya untuk jadian. Disaat itulah gastritisku akan semakin menguasai tubuhku.
Ternyata benar, Fitri yang baru beberapa jam disekolah sudah menjadi bahan omongan para cowok sekolah, sudah lima kali aku melihat langsung seorang cowok berkenalan dengannya. Perasaan cemburu menghinggapiku disaat itu juga. Tapi mau gimana aku tidak berani untuk ngobrol dengan Fitri, hanya Ia yang selalu mengajak duluan.
....
“Kamu ngapain?” tanyaku polos ketika aku masuk kelas melihat Fitri membuka tulisan novelku. “Eh maaf ya” Ia kaget lalu menutup buku itu. Belum aku menerima permintaan maafnya, Fitri membuatku kagum “Cerita novel kamu bagus, kaya kisah cinta di Twilight”. “Ah ngak kok biasa aja” jawabku merendahkan diri. “Tapi aku suka, sama gaya tulisan kamu, aku juga sering nulis kok” kata Fitri sambil menatapku tajam. Aku hanya tertawa kecil dan menjawab pertanyaannya sebisa aku.
Mungkin kalau Pak Helmi tidak masuk kelas, aku akan menikmati indahnya mengobrol dengan seorang cewek cantik.
“Kamu keren Fik” kata Awan, ketika aku meminta tolong pilihkan baju yang cocok dikamarnya. Hanya Ia yang punya baju-baju keren untuk aku pinjam. Yap benar, aku diundang Fitri kerumahnya. Aku pun harus terlihat keren. Ia meminta aku untuk membawa semua tulisanku, aku pun juga harus membaca tulisan yang dibuat Fitri. “Yoi, thanks bro” jawabku pada Fikri. “Semangat ya, dijamin kalau kamu berhasil ngobrol dengan dia, gastritis kamu akan hilang” teriak Fikri ketika aku akan berangkat. Aku hanya mengacungkan jempolku padanya.
Perasaanku campur aduk, antara senang dan gerogi. Ini pertama kalinya aku ke rumah seorang cewek. Sekarang pintu rumahnya ada didepan mukaku, belum sempat aku menekan bel rumah itu, Fitri sudah menghampiriku dan membukakan pintu. “Hallooo Fik” sapanya, aku hanya diam dan sedikit menunduk. Anehnya, Fitri hanya diam memerhatikanku dari ujung rambut ke ujung kaki. “Kenapa?” tanyaku heran. “Ngak kok, aku suka gaya kamu” Ia tertawa genit padaku lalu menyuruhku untuk masuk.
Fitri hanya memeakai tank top dan hot pants. Ini membuatku semakin berfikir yang ngak-ngak melihatnya. Tapi semua pikiran kotor itu hilang ketika aku dan Fitri sudah mengobrol tentang tulisan kita masing-masing. Dua jam tidak terasa, kami mengobrol sambil bermain dan bercanda. Ternyata benar apa yang dikatakan Fikri, gastritisku hilang seketika. Aku pun diundang kembali kerumahnya dan ingin hubungan ini semakin dekat. Ya Tuhan.... mudah-mudahan Fitri bisa jadi pacar pertamaku. Aminnn.  

1 komentar: