Kamis, 08 September 2011

Masalah Ugi


"Wooo"  jerit banyak orang. Kerumunan seperti semut yang mendapatkan makananan menghalangi pemandangan gw.  "Brak" sekali lagi suara yang mengejutkan memekakan telinga gw.

"Tiaaa......" Ugi yang baru menggembrak pintu depan ini layaknya hanya sebuah gabus. Gw hanya bisa memandangnya berlari kekerumunan. Dibalik kaca jendela dan meja kasir terlihat Ugi yang ingin menerobos kerumunan yang sesak itu. Berkali-kali Ia mendorong orang yang tidak mau minggir di hadapannya sambil terus menerus memanggil Tia

Banyak  keanehan pada jam 1 siang ini. Kerumunan orang di luar, dan berlarinya Ugi si bagian administrasi  itu membuat supermarket kecil tempat gw bekerja ini menjadi sepi.
15 menit berlalu, gw masih belum mengetahui apa yang terjadi. Ingin rasa meninggalkan meja kasir. Tapi gw ragu untuk melakukannya. Seminggu tepatnya gw melakukan kesalahan terakhir gw bekerja. Belum sempat memikirkan kesalahan yang gw lakukan suara pemadam kebakaran datang.

Gw makin heran apa yang terjadi di balik kerumunan itu. Yang gw tahu setelah supermarket kecil ini, setelah jalan raya ada jurang tinggi menuju kota bawah yang sedikit lebih modern dari kota ini. Jurang? Apa mungkin?

Petugas pemadam itu di sertai beberapa polisi memecah kerumunan orang yang ada disana.... Gw mencari cari Ugi yang masuk ke dalam kerumunan itu. Begitu pula dengan Tia yang di ucapkan si Ugi tadi. Yang gw tahu Tia adalah pacar ugi yang belakangan ini yang gw tahu sering bermasalah.

"Jangan kau lakukan itu" suara terdengar dari arah kerumunan. "Itu Ugi" kata gw tercengang. Namun yang lebih membuat gw kaget mengapa ada Tia di pinggir jurang.

"Oke maafin gw" kata ugi menambahkan

"Gak bisa gw pengen bunuh diri, cepet tinggalin gw" Tia berteriaknya sambil terisak tangisan yang membasahi pipinya.

Polisi dan beberapa kerumunanpun mencoba membantu membujuknya. Sekarang gw baru tahu kalo ternyata situasinya lebih buruk dari yang gw kira.

Gimana dia melakukannya sampe seperti itu? Hingaga bunuh diri menjadi pilihan terakhirnya. Tidak lam kemudian teriakan kerumunan dan polisi semakin keras. "Tia sudah tidak ada" kata gw teriak.

Ugi yang berada di ujung jurang meratapi kepergian Tia saat itu juga. Itulah terakhir gw melihat Tia, begitu juga dengan Ugi.

Sebenarnya banyak yang ingin gw tanyakan padanya, termasuk masalah apa yang di perbuatan sampai Tia ingin bunuh diri.
Seminggu kejadian itu berlalu, gw membersihkan tempat kerja si Ugi yang di tinggalkan begitu saja. Dia hanya bagian administrasi di supermarket ini.

Debu dan sarang serangga sejak kepergiannya saat ini. Lemari, meja dan beberapa perlengkapan tulisnya yang berserakan beserta laci yang penuh dengan barang pribadinya.
Hingga gw menemukan sebuah bungkusan. Disitu tertulis "Dilarang". Sebenarnya gw takut membuka itu. Tapi karena gw pengen tahu dan orangnya pun sudah tidak ada, gw pun memberanikan diri.

Didalam pertama gw mengambil sebuah surat. Tertulis di dalamnya "Maafin gw Tia by Ugi"
"Apa si sebenarnya ini?" Gw terheran sangat. "Pasti ini berhubungan dengan bunuh dirinya Tia" tambah gw lagi.
Satu isi lagi, ini bukan kertas tapi sesuatu yang keras seperti termometer. "Hah" gw terlonjak kaget. Ini alat test urine kehamilan, lalu gw membalikan ke sisilainnya yang ada angkanya

"Apa!!! Positif ! "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar